Cyber Ikhwan"s Widget

Minggu, 10 Februari 2008

AIRMATA RASULULLAH SAW...

sepertinya nggak akan pernah bosan-
bosan
kalau
membaca yg satu ini...
untuk mengingatkan kita...

Tiba-tiba dari luar pintu terdengar
seorang yang
berseru mengucapkan
salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya.
Tapi Fatimah
tidak mengizinkannya
masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang
demam," kata
Fatimah yang membalikkan
badan dan menutup pintu.

Kemudian ia kembali menemani ayahnya
yang ternyata
sudah membuka mata dan
bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu
wahai anakku?"
"Tak tahulah ayahku,
orang sepertinya baru sekali ini aku
melihatnya,"
tutur Fatimah lembut.

Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu
dengan
pandangan yang menggetarkan.
Seolah-olah bahagian demi bahagian
wajah
anaknya itu
hendak dikenang.
"Ketahuilah, dialah yang menghapuskan
kenikmatan
sementara, dialah yang
memisahkan pertemuan di dunia. Dialah
malaikatul
maut," kata Rasulullah,
Fatimah pun menahan ledakan tangisnya.
Malaikat maut
datang menghampiri,
tapi Rasulullah menanyakan kenapa
Jibril
tidak ikut
bersama menyertainya.

Kemudian dipanggillah Jibril yang
sebelumnya sudah
bersiap di atas langit
dunia menyambut ruh kekasih Allah dan
penghulu dunia
ini. "Jibril,
jelaskan apa hakku nanti di hadapan
Allah?" Tanya
Rasululllah dengan suara
yang amat lemah. "Pintu-pintu langit
telah terbuka,
para malaikat telah
menanti ruhmu. Semua surga terbuka
lebar
menanti kedatanganmu," kata
Jibril. Tapi itu ternyata tidak
membuatkan
Rasulullah lega, matanya masih
penuh kecemasan.

"Engkau tidak senang mendengar khabar
ini?" Tanya
Jibril lagi. "Khabarkan
kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?"
"Jangan
khawatir, wahai Rasul
Allah, aku pernah mendengar Allah
berfirman
kepadaku: 'Kuharamkan surga
bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad
telah berada
di dalamnya," kata
Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya
Izrail melakukan
tugas. Perlahan ruh
Rasulullah ditarik. Nampak seluruh
tubuh
Rasulullah
bersimbah peluh,
urat-urat lehernya menegang. "Jibril,
betapa sakit
sakaratul maut ini."

Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah
terpejam, Ali
yang di sampingnya
menunduk semakin dalam dan Jibril
memalingkan muka.
"Jijikkah kau
melihatku, hingga kau palingkan wajahmu
Jibril?"
Tanya Rasulullah pada
Malaikat pengantar wahyu
itu. "Siapakah yang
sanggup, melihat kekasih
Allah direnggut ajal," kata Jibril.
Sebentar
kemudian terdengar Rasulullah
mengaduh, karena sakit yang tidak
tertahankan lagi.
"Ya Allah, dahsyat
nian maut ini, timpakan saja semua
siksa
maut ini
kepadaku, jangan pada
umatku. "Badan Rasulullah mulai dingin,
kaki dan
dadanya sudah tidak
bergerak lagi.

Bibirnya bergetar seakan hendak
membisikkan sesuatu,
Ali segera
mendekatkan telinganya. "Uushiikum
bis-shalaati, wa
maa malakat aimaanukum
- peliharalah shalat dan peliharalah
orang-orang
lemah di antaramu." Di
luar, pintu tangis mulai terdengar
bersahutan,
sahabat saling berpelukan.
Fatimah menutupkan tangan di wajahnya,
dan Ali
kembali mendekatkan
telinganya ke bibir Rasulullah yang
mulai kebiruan.
"Ummatii, ummatii,
ummatiii!" - "Umatku, umatku, umatku"

Dan, berakhirlah hidup manusia mulia
yang memberi
sinaran itu. Kini,
mampukah kita mencintai sepertinya?
Allaahumma
sholli 'alaa Muhammad wa
baarik wa sallim 'alaihi. Betapa
cintanya Rasulullah
kepada kita.


--------------------*******------------
----------
NB:
Kirimkan kepada sahabat-sahabat muslim
lainnya agar
timbul kesadaran untuk
mencintai Allah dan RasulNya, seperti
Allah dan
RasulNya mencintai kita.
Karena sesungguhnya selain daripada itu
hanyalah
fana belaka. Amin...

Usah gelisah apabila dibenci
manusia,karena masih banyak yang
menyayangimu di dunia,

tapi gelisahlah apabila dibenci Allah

karena tiada lagi yang mengasihmu di
akhirat.

Sumber : Tulisan ini dikirim oleh teman saya melalui e-mail saya

Tidak ada komentar: