Cyber Ikhwan"s Widget

Kamis, 21 Februari 2008

PCMAV 1.0 Final Release

PCMAV 1.0 Final Release

Akhirnya, setelah dua tahun lamanya, PCMAV 1.0 kini mencapai versi final. PCMAV 1.0 Final Release, secara resmi dirilis ke publik bersamaan dengan terbitnya majalah PC Media 03/2008. Pada versi 1.0 final ini, PCMAV mampu mengenali 1.615 virus beserta variannya, yang dilaporkan banyak menyebar luas di Indonesia.

Selain itu, beberapa fitur baru pun dapat Anda rasakan pada rilis final ini. Diantaranya penggunaan engine ClamAV 0.9x generasi terbaru, fitur perbaikan registry yang rusak atau diubah oleh virus (termasuk mengembalikan ‘Folder Options’ Windows yang banyak dikeluhkan), dan beberapa parameter undocumented yang berguna.

Sementara untuk RealTime Protector (RTP), setelah cukup lama dikembangkan secara rahasia dan melewati uji coba internal, maka RTP kali ini berbeda dengan sebelumnya. Dengan melakukan optimalisasi dan juga perubahan major pada engine utama, kini RTP berjalan sebagai Windows Service. Ini menghasilkan RTP yang jauh lebih stabil, cepat, dan tentunya dapat berjalan dengan sangat baik pada user account dengan hak akses rendah atau Guest sekalipun.

Semua informasi terbaru seputar versi Final ini, dapat Anda baca secara lengkap pada file README.TXT yang tersedia dalam paket PCMAV. Juga dengan adanya PCMAV 1.0 Final Release ini, maka dukungan online update untuk RC24 telah dihentikan.

APA YANG BARU DI PCMAV 1.0 FINAL RELEASE (CLEANER & REALTIME PROTECTOR)?
a
. Ditambahkan, database pengenal dan pembersih 102 virus
lokal/asing/varian baru yang dilaporkan menyebar di Indonesia.
Total 1.615 virus beserta variannya yang banyak beredar di
Indonesia telah dikenal di 1.0 ini oleh engine internal PCMAV.

b. Improvisasi, RTP Final kini berbentuk Windows service yang dapat
berjalan di level process. Ini akan menghasilkan RTP yang sangat
stabil dibanding RTP Beta sebelumnya yang berjalan di level
aplikasi.

c. Improvisasi, setelah diuji coba sejak RC20, maka PCMAV kini dapat
menggunakan engine ClamAV seri 0.9x menggantikan seri 0.8x. Dengan
seri 0.9x ini, hampir 200.000 virus mampu dideteksi.

d. Improvisasi, setelah sejak lama fitur ini digunakan untuk kepentingan
internal (undocumented), maka kini penggunaan parameter fitur yang
berguna secara resmi dibuka. Salah satu fitur yang cukup handal adalah
mengembalikan registry dan settingan “Tools Folder Options” ke default
Windows setelah dirusak virus.

e. Diperbaiki, kesalahan pada rutin inisialisasi VDB yang dapat menyebabkan
VDB tidak dapat terbaca jika digunakan bersamaan oleh Cleaner dan
RealTime Protector.

f. Optimasi, scan engine khusus untuk pemeriksaan terhadap file autorun.inf
yang biasa digunakan virus untuk dapat aktif.

g. Diperbarui, perubahan beberapa nama virus mengikuti varian baru yang
ditemukan.

h. Perbaikan beberapa minor bug dan improvisasi kode internal untuk
memastikan bahwa PCMAV Cleaner & PCMAV RealTime Protector lebih
dari sekadar antivirus biasa.

JANGAN SAMPAI KEHABISAN (LAGI):
Dapatkan segera PCMAV 1.0 Final Release yang telah disempurnakan hanya di Majalah PC Media 03/2008 yang telah terbit. Segera pesan dan dapatkan di kios/agen terdekat, jangan sampai kehabisan.

Pertanyaan teknis harap disampaikan langsung ke redaksi PC Media melalui e-mail dengan sebelumnya Anda telah membaca README.TXT. Dan kami akan berterimakasih jika Anda dapat meluangkan waktu untuk memberikan komentar sebatas penggunaan PCMAV 1.0 Final Release ini sebagai masukan dalam pengembangannya.


Sumber : virusindonesia.com

Download PCMAV 1.0 Final Release + Build 1: Ziddu.com
Update PCMAV 1.0 Final Release Build 2 : Ziddu.com


Rabu, 20 Februari 2008

Ruhiyah yang Ringkih

Salah satu agenda perjuangan politik dakwah hari-hari ini adalah pemilihan kepala daerah (Pilkada) langsung. Sesuai dengan kebijakan dan siasat dasar dakwah kita - yaitu musyarakah atau partisipasi aktif - maka kita akan terlibat dalam proses pilkada di tingkatan propinsi maupun kabupaten/kota untuk memilih pemimpin-pemimpin eksekutif tingkat daerah. Tujuannya tentu saja adalah untuk mengembangkan dan mengokohkan upaya-upaya membangun kembali kehidupan berbangsa dan bernegara yang sejalan dengan nilai-nilai ajaran Islam yang mulia. Kekuasaan politik yang dimiliki dakwah di lapangan eksekutif akan memperbesar kekuatan, kewenangan dan peluang dakwah untuk melakukan program-program ishlahul-hukumah (reformasi pemerintahan) dan ishlahul mujtama' (reformasi kehidupan sosial) secara lebih nyata, cepat dan luas. Dan ini adalah bagian penting dari misi dakwah Islam sebagaimana yang telah dijalankan oleh Rasulullah SAW.
Namun kita sadar bahwa agenda politik ini berbobot besar. Besar dalam tanggungjawabnya, besar dalam pengorbanannya, besar pula dalam mobilisasi berbagai sumber daya struktural, personal, finansial, dan beragam lainnya. Pada sisi lain agenda politik ini juga memiliki konsekuensi, yaitu besarnya bobot resiko, tantangan, ancaman, hambatan sampai pada fitnah-fitnah, baik dari lingkungan eksternal maupun internal.
Dalam kaitan itu saya ingin mengingatkan kembali salah satu prinsip dasar dakwah kita, yaitu sumber daya atau aset utama dakwah adalah kekuatan kadernya. Kekuatan kader terletak pada berbagai potensi dan energi aktual yang dimiliki secara utuh dalam berbagai aspeknya; ruhiyah, ubudiyah, fikriyah, ilmiyah, manhajiyah, harakiyah, jasadiyah, fanniyah (seni-rasa), mihaniyah (ketrampilan), iqtishadiyah (ekonomi) dan juga maliyah (keuangan).
Sebelum berbagai potensi dan energi aktual kader-kader dakwah ini dimobilisasi dan didayagunakan untuk optimalisasi musyarakah siyasiyah pada pilkada, maka harus dipastikan bahwa upaya-upaya sistematis konsolidasi potensi dan energi semua jajaran kader sudah berjalan baik dan tuntas. Aspek konsolidasi yang pertama dan paling utama adalah konsolidasi ruhiyah-ubudiyah mereka. Kenapa demikian? Karena dengan kokohnya aspek ruhiyah-ubudiyah kader, maka berbagai upaya konsolidasi aspek-aspek lainnya akan menjadi mudah. Mengapa demikian? Karena setiap kader memiliki energi internal yang baik dan kuat yang berasal dari intensitas hubungan mereka dengan Allah SWT.
Namun seperti yang saya paparkan sebelumnya, dalam beberapa masa belakangan ini muncul fenomena kekeringan ruhiyah (al-jaaf ar-ruhiy) di sebagian kalangan kader. Ini mengindikasikan bahwa upaya-upaya konsolidasi internal kader belum tuntas atau bahkan tidak berjalan efektif. Jika hal ini tidak disikapi serius dan sistematis, saya khawatir agenda besar musyarakah siyasiyah pada Pilkada akan terasa sebagai beban berat yang harus dijalankan kader dengan penuh keluh-kesah, dan naudzu billahi min dzalik, dari kondisi ini sangat mungkin akan muncul fitnah-fitnah dakwah yang akan melemahkan soliditas dan produktivitas harakah dakwah kita.
Untuk itulah saya ingin menghadirkan kembali pesan, yang saya anggap sebagai wasiat, dari almarhum ustadz Ahmad Madani, Lc - semoga Allah memuliakan kedudukannya dan memelihara keluarganya - beberapa masa sebelum beliau menghadap kembali kepada Allah Azza wa Jalla. Pesan dalam bentuk taujih tertulis itu berjudul "Ruhiyah Yang Ringkih". Saat itu almarhum masih memegang amanah sebagai naib mas'ul maktab tarbiyah (wakil ketua departemen kaderisasi). Berikut saya hadirkan kembali pesan sekaligus wasiat beliau secara bersambung.
-o0o-
Ada fenomena berbahaya yang menggejala pada sebagian kader dakwah. Fenomena tersebut dapat terbaca oleh mereka yang jeli memperhatikan tutur kata, pandangan mata serta gerak langkah kader tadi. Fenomena yang dimaksud berupa melemahnya aspek ibadah serta meringkihnya sisi ruhiyah. Bagi kalangan kader yang mengemban tugas menggerakkan roda dakwah (amilin), hal demikian sangat berbahaya dan berpotensi besar melemahkan kekuatan harakah, disamping sebagai bukti menjauhnya mereka dari manhaj yang mereka kenali.
Semua kita tahu bahwa aspek ruhiyah serta ibadah merupakan garapan terdepan manhaj tarbiyah. Penekanan terhadap kedua aspek tadi bukanlah suatu yang berlebihan sehingga mengesankan adanya upaya pembentukan arus tasawuf dalam harakah dakwah. Yang jelas kedua aspek tadi adalah amar (perintah) dari Allah yang harus ditegakkan di samping menjadi wasilah atau sarana yang akan menopang soliditas harakah.
Al-Quran banyak sekali memberi penekanan terhadap aspek-aspek ruhiyah, ibadah, taqarrub, khasysyah, inabah, tsiqah serta tawakal kepada Allah. Begitupun sunnah nabawiyah memberikan perhatian besar terhadap semua aspek tadi seraya banyak sekali menuangkan permisalan agar dapat dipahami maknanya dengan baik. Aplikasi nilai-nilai tadi akan mampu mengokohkan ruhiyah dan memberikan peluang kepada diri untuk mengembangkan potensi yang selanjutnya mampu memikul amanah dakwah.
Selain itu, setiap kader akan dapat merasakan manisnya iman, indahnya zuhud, mementingkan yang disediakan Allah di akhirat serta tabah dalam menghadapi berbagai kesulitan.
Apabila nilai-nilai tadi lepas dari genggaman setiap kader, maka akan meringkihkan ruhiyahnya, kemudian sakit dan berakhir dengan kematian ruhiyah tersebut, nau`dzubillah. Fenomena ruhiyah yang ringkih dan lemah tidak sedikit jumlahnya. Di sini disebutkan sebagian sambil menurunkan beberapa kasus dilapangan agar dapat menjadi peringatan bagi setiap kader agar ia dapat segera mengatasinya.
1. Merasakan keras dan kasarnya hati, sampai-sampai seseorang merasakan bahwa hatinya telah berubah menjadi batu keras. Di mana tidak ada sesuatupun yang dapat merembes kepadanya ataupun mempengaruhinya. Ungkapan ini tidaklah berlebihan, bukankah Al-Qur'an telah menerangkan bahwa hati dapat mengeras sekeras batu. Allah berfirman, "Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi?". (Q.S. Al-Baqarah: 74).
2. Perangai yang tersumbat dan dada yang sempit. Sampai-sampai terasa ada beban berat menghimpit dan nyaris terengah-engah kelelahan, sering mengomel dan mengeluh terhadap sesuatu yang tidak jelas atau gelisah dan sempit dalam pergaulan sehingga tidak peduli terhadap derita orang lain, bahkan timbul ketidaksukaan kepada mereka.
3. Tidak terpengaruh oleh ayat-ayat Al-Qur'an yang mengandung ancaman, tuntutan, larangan atau tentang peristiwa kiamat. Dia mendengarkan Al-Qur'an seperti mendengar kalam-kalam lainnya. Lebih berbahaya lagi apabila dia merasa sempit ketika mendengarkan ayat Al-Qur'an seperti sempitnya dia ketika mendengarkan omongan orang lain. Dia tidak menyediakan waktu sedikitpun untuk tilawah dan apabila mendengarnya dari orang lain dia tidak melakukannya dengan khusyu' dan tenang.
4. Peristiwa kematian tidak memberikan bekas pada dirinya. Begitu juga ketika menyaksikan orang mati, mengusung jenazah atau menguburkannya di liang lahat, sedikitpun tidak ada pengaruh pada dirinya. Jika melewati pekuburan seakan hanya berpapasan dengan batu-batu bisu, dan tidak mengingatkannya akan kematian.
5. Kecintaanya terhadap kesenangan duniawi senantiasa bertambah. Kesukaannya memenuhi syahwat selalu berkobar. Fikirannya tidak jauh dari pelampiasan syahwat tadi sehingga dia merasa tentram bila sudah memperolehnya. Apabila melihat orang lain memperoleh kenikmatan dunia seperti; harta, kedudukan, pangkat, rumah atau pakaian yang bagus, dia merasa tersiksa dan menganggap dirinya gagal. Lebih tersiksa lagi apabila yang mendapatkan kenikmatan duniawi itu adalah saudaranya sendiri atau sahabatnya. Terkadang timbul pada dirinya penyakit hasad atau dengki di mana dia tidak ingin kenikmatan itu tetap ada pada saudaranya.
6. Ada kegelapan dalam ruhiyah yang berbekas di wajahnya. Hal ini dapat diamati oleh mereka yang memiliki ketajaman firasat dan memandang dengan nur Allah. Setiap mu'min memiliki nur sesuai dengan kadar keimanannya, dia mampu melihat sesuatu yang tidak mampu dilakukan orang lain. Kegelapan ruhiyah tadi ada begitu pekat sampai begitu jelas tergambar di wajahnya dan dapat diamati oleh mereka yang memiliki firasat imaniyah paling lemah sekalipun. Tetapi kegelapan yang remang-remang hanya dapat diamati oleh mereka yang memiliki firasat imaniyah yang kuat.
7. Bermalas-malasan dalam melakukan kebaikan dan ibadah. Hal tersebut terlihat dengan kurangnya perhatian dan semangat. Shalat yang dilakukan hanya sekedar gerakan, bacaan, berdiri dan duduk yang tidak memiliki atsar atau pengaruh sedikitpun. Bahkan tampak dia merasa terganggu oleh shalat seakan dia berada dalam penjara yang dia ingin berlepas darinya secepat mungkin.
8. Lupa yang keterlaluan kepada Allah. Sedikitpun dia tidak berdzikir dengan lisannya dan tidak juga ingat kepada-Nya. Padahal dia selalu menyaksikan ciptaan Allah SWT. Bahkan terkadang dia merasa keberatan untuk sekedar berdzikir atau berdo'a kepadanya. Jika dia mengangkat tangannya, cepat sekali dia turunkan kembali untuk segera pergi.
Ruhiyah yang ringkih seperti sudah dipaparkan sebelumnya, fenomenanya mulai terlihat jelas pada hari-hari ini. Ia termanifestasi dalam perasaan, pikiran, sikap dan perilaku yang itampilkan oleh kader-kader dakwah dalam pergaulan dakwahnya, sebagaimana juga dalam pergaulan sosial, ekonomi dan politik. Keringkihan ruhiyah ini - apapun bentuknya - hanya menghasilkan kerentanan dan kerawanan atas berbagai bentuk fitnah yang bisa muncul. Fitnah yang bisa merusak kebaikan individu, organisasi dan jama'ah dakwah secara keseluruhan.
Berbagai persoalan yang kita hadapi dalam perjalanan dakwah ini tentu saja memerlukan penyelesaian secara menyeluruh dan terpadu. Bukan saja pada aspek manusianya, tetapi juga sistem, kebijakan dan budaya gerakan. Namun kita juga memahami, sentral dari semua kekuatan dakwah kita adalah pada sumber daya manusia (kader) nya. Dan sentral kekuatan setiap kader adalah pada jiwa atau ruhaninya. Mengobati ruhiyah yang sakit, menguatkan yang sehat, serta memeliharanya agar tetap sehat dan kuat menjadi pekerjaan paling penting. Bagaimana kita melakukan semua itu secara individual? Berikut saya lanjutkan taujih dan wasiat almarhum ustadz Ahmad Madani, Lc. tentang kiat penyembuhan ruhiyah yang ringkih.
-o0o-
Kiat penyembuhanya
1. Selalu dzikrullah. Yaitu senantiasa berdzikir dengan lisan disertai dengan persetujuan hati, tafakur akan ciptaan Allah dan mengambil petunjuk melalui makhluk-makhluk-Nya untuk mengetahui keagungan kekuasaan-Nya, kecermatan hikmah-Nya, keluasan rahmat-Nya, serta keterikatan makhluk dengan-Nya. Juga selalu merasakan pengawasan Allah dan kekuasaan-Nya yang mutlak terhadap manusia serta pentingnya memiliki sifat malu kepada-Nya.
Semua hal tersebut di atas tidak mungkin dicapai dengan mudah bagi orang yang ringkih ruhiyahnya. Untuk memperolehnya diperlukan kesabaran, tekad, tidak gelisah serta bertahap sedikit demi sedikit. Setap kali dia memperoleh sebagian hal di atas maka akan menguatlah ruhiyahnya dan semakin berkurang keringkihannya hingga sirna tanda-tanda penyakit ruhiyah tadi. Selanjutnya dia memasuki tahap penyembuhan sampai sembuh total. Ketika itulah dia akan merasakan nikmatnya nilai-nilai luhur tadi dan dia akan semakin lengket kepadanya. Orang yang ringkih ruhiyahnya bagikan penderita sakit yang tidak nafsu kepada makanan yang enak.
Tetapi dengan berlalunya waktu dan mencoba memasukkan makanan sedikit demi sedikit, fisiknya akan kembali kuat dan sirnalah tanda-tanda penyakit. Setelah itu dia kembali sehat dan dapat menikmati makanan yang enak dengan penuh kerinduan dan suka cita
2. Menghadirkan potret akhirat dan segala yang terjadi ketika itu. Ada orang yang berkeinginan untuk dapat kembali ke dunia guna menghabiskan seluruh umurnya demi keselamatannnya jika mungkin. Hendaknya seorang kader merenung bahwa rumah akhirat pertama yang akan ditempatinya adalah kubur. Hendaklah dia membayangkannya dengan tajam, memasang potret kubur yang gelap itu di ingatannya serta mengenang tidurnya yang sendirian di mana tidak ada penghibur kecuali amalnya.
Tersebutlah dahulu ada seorang shalih yang arif menggali sebuah kubur di rumahnya, setiap kali dia merasa kekerasan di hatinya, dimasukinya kubur tersebut seraya membaca firman Allah, "Dia berkata, Ya Rabb kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku berbuat amal yang shalih terhadap yang telah kutinggalkan" (Q.S. Al- Mu'minun: 99-100). Kemudian orang shalih itu berkata, "Wahai jiwa, kini engkau telah kembali ke dunia, maka beramallah yang shalih!.
3. Hendaklah setiap kader ingat bahwa kematian lebih dekat kepadanya dari tali sendalnya. Janganlah dia tertipu oleh masa muda, kekuatan serta kesegarannya. Kematian tidak mengenal masa muda. Kekuatan dan kesehatan tidak mampu mencegah kehadirannya. Di antara hikmah dan rahmat Allah kepada kita, Dia memperlihatkan kepada kita kematian yang merenggut nyawa seorang bayi, anak kecil, orang muda, orang tua dan juga orang sakit. Oleh karenanya setiap orang harus ingat bahwa dia pasti mengalami kematian kapan saja agar selalu bertambah kehati-hatian dan bersiap-siap meninggalkan dunia.
Tahukah engkau wahai saudaraku tentang kematian dan sakaratul maut yang menakutkan itu? Ketika sakaratul maut tiba pada diri seseorang, syaitan menghimpun segala kekuatan, kelicikan dan fikirannya. Dia berkata kepada dirinya, "Jika orang ini lepas dari genggamanku, aku tidak akan mampu lagi mempengaruhinya." Maka dibujuknya orang itu untuk kufur, dicintakan kepadanya kemurtadan dan dihiasinya dunia di matanya sembari mengingatkan orang tersebut akan kenikmatan yang dia inginkan, agar orang tersebut berpaling dari akhirat dan harapan bertemu Allah.
Akhirnya orang itupun tidak ingin mengalami kematian dan matilah dia dalam kekufuran, nauzubillah.

Diceritakan tentang seorang arif yang dikunjungi oleh para sahabatnya ketika sedang menderita sakit yang membawa kepada kematiannya. Ketika itu mereka melihat orang bijak tadi menangis. Maka dihiburnyalah dia dengan mengingatkan bahwa seluruh perbuatannya adalah baik dan rahmat Allah pasti tercurah untuknya. Orang arif tersebut berkata, "Aku menangisi imanku yang aku khawatirkan dirampas ketika sakaratul maut!"
Bukanlah tempatnya di sini untuk menerangkan hakikat ucapan orang arif tersebut. Cukuplah sebagai pelajaran bagi setiap kader bahwa menghadirkan kematian dan tidak melupakannnya akan membuat dirinya senantiasa merasa asing hidup di dunia ini. Dia dapat memahami dengan baik ma'na ungkapan Rasul SAW, "Jadilah engkau di dunia, seakan seorang asing atau (bahkan) pengembara. Dan golongkan dirimu dalam kelompok penduduk kubur." (HR Bukhari, Tirmidzi, Ahmad dan Ibnu Majjah dari Abdullah bin Umar).
Perasaan terasing tersebut berdampak sangat unik, diantaranya: Pertama, segala sandungan serta cobaan yang dialami oleh setiap kader akan terasa ringan. Kedua, derita terasa ringan, hati menjadi sabar, kebahagiaan yang tercela mengisut dan dunia yang menipu menjadi jauh. Ketiga, pandangan kader akan tertuju ke tempat tinggal yang sebenarnya berupa rumah akhirat. Dia tidak merasa tentram dengan kehidupan duniawi apalagi condong kepadanya. Seorang asing menyadari bahwa menetapnya di negeri asing hanyalah sementara sedang hatinya selalu menoleh ke rumah yang tidak akan pernah binasa, rumah bahagia dan tanpa derita. Rumah yang dekat dangan Rabbnya di mana dia dapat melihat-Nya. Dan apabila seorang kader merenungi kenikmatan akhirat dia pun akan terbuai harapan dan cita-cita. Harapan yang benar tentunya harus diiringi upaya yang sungguh-sungguh agar dapat sampai kepada yang dicita-citakan.
4. Memelihara dengan serius segala sarana penyuci diri dan menopangnya dengan kekuatan dan semangat. Sesungguhnya ruhani dapat menjadi kotor dan butuh penyucian. Dia pun akan mengalami kelesuan maka harus selalu diberi semangat. Dia juga mengalami sakit yang membutuhkan pengobatan. Sebagaimana dia pun mengalami kelemahan yang perlu diberi kekuatan. Semuanya itu berupa ibadah yang terus menerus dan yang paling utama adalah shalat. Maka bukanlah suatu yang mengada-ada apabila Rasulullah mewasiatkan pentingnya shalat kepada ummatnya ketika beliau akan menutup hayatnya. Shalat, suatu ibadah yang menyenangkan dan dapat menyucikan ruh dari segala kotoran dan menghubungkan seorang hamba kepada Rabb-nya.
Begitu pula harakah ini pun mewasiatkan kepada setiap kader untuk membaca Al- Qur'an sebelum shubuh atau sesudahnya, membaca wirid ma'tsurat sughra dan berziarah kubur sekali dalam sepekan setelah melaksanakan tugas-tugas di atas. Untuk memudahkan bangun pagi, setiap akh hendaknya menghindari tidur terlalu malam jika tidak ada kepentingan mendesak. Merekapun hendaknya tidak membiasakan menggunakan jam weker.
Wahai ikhwah!!.. Kami mencintai kalian sebagaimana kami mencintai diri kami sendiri. Kami berharap agar cinta ini berharga di sisi Allah sebagaimana kami pun berharap semoga Allah menghimpun kita dalam kebenaran dan jihad di dunia serta kebahagiaan abadi di akhirat kelak. Apa yang kami sampaikan ini bukanlah sekedar tulisan untuk mengisi kekosongan, menyenangkan fikiran atau menyegarkan jiwa sesaat saja dan setelah itu tak ada lagi guna. Tulisan ini adalah arahan yang harus kita pegang erat karena dia adalah bagian dari manhaj Islam. Dengan melaksanakan apa yang tertera di sini, kalian akan mampu dengan idzin
Allah, memikul da'wah dan jihad fi sabilillah. Pasanglah tekad kalian untuk melaksanakannya dan jujurlah kepada Allah niscaya Allah akan membuktikan apa yang dijanjikan-Nya.
Mahfudz Sidik
- Mantan Ketua Departemen Kaderisasi DPP Partai Keadilan Sejahtera
- Anggota DPR-RI dari PKS daerah Pemilihan Indramayu dan Cirebon Jawa Barat

Sumber:
- Majalah Saksi

Jumat, 15 Februari 2008

Ayat - Ayat Cinta + download E-Book nya

Ayat-Ayat Cinta adalah kisah cinta. Tapi bukan cuma sekedar kisah cinta yang biasa. Ini tentang bagaimana menghadapi turun-naiknya persoalan hidup dengan cara Islam. Fahri bin Abdillah adalah pelajar Indonesia yang berusaha menggapai gelar masternya di Al Ahzar. Berjibaku dengan panas-debu Mesir. Berkutat dengan berbagai macam target dan kesederhanaan hidup. Bertahan dengan menjadi penerjemah buku-buku agama. Semua target dijalani Fahri dengan penuh antusiasme kecuali satu: menikah.

Kenapa? Karena Fahri adalah laki-laki taat yang begitu ‘lurus’. Dia tidak mengenal pacaran sebelum menikah. Dia kurang artikulatif saat berhadapan dengan mahluk bernama perempuan. Hanya ada sedikit perempuan yang dekat dengannya selama ini. Neneknya, Ibunya dan saudara perempuannya.

Betul begitu? Sepertinya pindah ke Mesir membuat hal itu berubah. Tersebutlah Maria Girgis. Tetangga satu flat yang beragama Kristen Koptik tapi mengagumi Al Quran. Dan menganggumi Fahri. Kekaguman yang berubah menjadi cinta. Sayang cinta Maria hanya tercurah dalam diary saja.

Lalu ada Nurul. Anak seorang kyai terkenal yang juga mengeruk ilmu di Al Azhar. Sebenarnya Fahri menaruh hati pada gadis manis ini. Sayang rasa mindernya yang hanya anak keturunan petani membuatnya tidak pernah menunjukkan rasa apa pun pada Nurul. Sementara Nurul pun menjadi ragu dan selalu menebak-nebak.

Setelah itu ada Noura. Juga tetangga yang selalu disika Ayahnya sendiri. Fahri berempati penuh dengan Noura dan ingin menolongnya. Sayang hanya empati saja. Tidak lebih. Namun Noura yang mengharap lebih. Dan nantinya ini menjadi masalah besar ketika Noura menuduh Fahri memperkosanya.

Terakhir muncullah Aisha. Si mata indah yang menyihir Fahri. Sejak sebuah kejadian di metro, saat Fahri membela Islam dari tuduhan kolot dan kaku, Aisha jatuh cinta pada Fahri. Dan Fahri juga tidak bisa membohongi hatinya.

Lalu bagaimana bocah desa nan lurus itu menghadapi ini semua? Siapa yang dipilihnya? Bisakah dia menjalani semua dalam jalur Islam yang sangat dia yakini?

Fahri bin Abdillah, 28 th (Fedi Nuril)
Mahasiswa bersahaja yang memegang teguh prinsip hidup dan kehormatannya. Cerdas dan simpatik hingga membuat beberapa gadis ‘jatuh hati’. Dihadapkan pada kejutan-kejutan menarik atas pilihan hatinya.

Aisha, 25 th (Rianti Cartwright)
Mahasiswi asing keturunan Jerman dan Turki, cerdas, cantik dan kaya raya. Latar belakang keluarganya yang berliku mempertemukan dirinya dengan Fahri.

Maria Girgis, 26 th (Carissa Putri)
Gadis Kristen Koptik yang jatuh cinta pada Islam. Dia menderita karena cinta yang teramat dalam kepada Fahri.

Noura bin Bahadur, 22 th (Zaskia Adya Mecca)
Siksa telah menjadi bagian dalam hidupnya. Janin yg dikandungnya menjadikannya terobsesi pada Fahri untuk menjadi ayah dari calon bayinya.

Nurul binti Ja’far Abdur Razaq, 26 th (Melanie Putria)
Anak kyai besar di Jawa Timur. Dengan aura yang menenangkan, kecerdasan dan kualitasnya menyatukan segala kelebihannya, dia sangat percaya diri untuk meminang Fahri sebagai suaminya.
Tonton aja filmnya di bioskop kesayangan Anda !!!

Mau Tau cerita lengkapnya silahkan download ceritanya (file .PDF)
Download Novel ayat-ayat cinta : Ziddu.com

Selasa, 12 Februari 2008

Hanya Nasi dan Sepotong Bakwan

Oleh Sabrul Jamil

Menerobos masuk begitu saja, dengan langkah tak terdengar, tanpa salam atau kata lainnya, anak ini telah muncul di ruang kerjaku. Mirip makhluk halus dari negeri dongeng, yang dapat muncul tiba-tiba, mendadak ia telah berdiri tepat di sampingku, dan dengan berbinar-binar menatap layar komputerku.

Aku, yang tengah serius memeloti monitor, jadi agak terkejut, dan berpaling memandanginya. Sebaliknya, ia tidak memandangiku, namun tetap penuh antusias memandangi monitor.

“Itu apa?” tanyanya sambil menunjuk salah satu icon di komputer. Icon yang bergerak-gerak itu rupanya menarik perhatiannya. Begitu menariknya, sehingga setiap pagi, begitu tiba di sekolah, ia langsung menyempatkan diri, masuk ke ruang kerjaku yang bersebelahan dengan kelasnya.

Kelasnya memang menggunakan garasi yang menempel di rumahku. Sedangkan ruang kerjaku sebenarnya adalah ruang keluarga, yang aku sulap menjadi ruang kerja, dengan berbagai perlengkapan berteknologi tinggi.

Berbeda dengan anak lain yang tidak berani nyelonong begitu saja, Alif, sebut saja nama anak itu, memiliki rasa ingin tahu yang begitu besar. Rasa ingin tahu itu mengalahkan rasa segan apalagi takut untuk menerobos batas-batas. Dalam hal ini, batas antara kelasnya dan ruang kerjaku.
Kali ini, karena agak santai, aku menyempatkan diri berakrab-akrab dengan anak kurus dan berkulit gelap ini.

“Alif tadi sudah sarapan?”

“Sudah, ” jawabnya. Matanya masih melotot ke arah monitor.

“Pake apa?”

“Pake nasi, sama bakwan, ” jawabnya datar.

Aku tersenyum mendengar jawaban lugunya. Nasi dan bakwan? Syukurlah. Seleranya sederhana, dan tidak neko-neko. Bisa dibayangkan betapa repotnya jika Alif menjadi anak manja seperti iklan-iklan di televisi. Yang menolak minum susu dan makan roti yang penuh beraneka isi yang padat gizi. Yang hanya mau makan dan minum semaunya sendiri. Yang untuk membangkitkan selera makan dan minumnya harus dipancing dulu dengan beraneka vitamin yang mahal-mahal, atau susu yang katanya bisa menambah nafsu makan. Yah, untungnya Alif tidak seperti itu.

Orang tua Alif bukan jenis orang tua yang kelebihan duit, yang sering ‘kebingungan’ menghabiskan uang bulanan. Yang tidak cukup berlibur hanya di taman mini (taman mini maksudnya adalah taman berukuran mini yang berada di samping rumah, alias kebon). Bukan jenis orang tua yang sudah bosan pergi ke dunia fantasi (yang harga tiket sekeluarganya bisa untuk gaji satu bulan). Bukan pula jenis orang tua yang sanggup menghabiskan ratusan ribu untuk sekali makan di restoran mewah.

Orang tua Alif hanyalah sepasang tuna netra. Ayahnya nyaris buta total, sedang sang ibu memang tak bisa melihat sama sekali. Penghasilan mereka dari memijat, satu profesi khas dari orang-orang seperti mereka.
Alif kecil sering menjadi penuntun ibunya. Mereka sering terlihat ke mana-mana berdua. Alif menjadi mata bagi ibunya. Sedang sang ayah sering kali berada di musholla saat-saat lima waktu. Meski cuma ‘bersenjatakan’ tongkat, tak menghalanginya untuk menyambut panggilan azan.

Alif kecil yang pede ini mungkin mewarisi ke-pede-an orang tuanya. Orang tuanya memang pede, atau iffah. Meski tuna netra, mereka menolak tawaran beasiswa dari kami. Ada beberapa orang tua yang dhuafa secara ekonomi yang kami bebaskan dari biaya apapun. Biaya masuk, biaya bulanan, biaya kunjungan edukatif, dan biaya-biaya kecil lainnya yang lazim dipungut pihak sekolah untuk berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Alif termasuk yang kami proyeksikan untuk menerima beasiswa.

“Kata bapaknya, selama kita masih sanggup bayar, kita harus tetap bayar, ” demikian kata sang ibu, menolak tawaran bea siswa dari kami.
Kami tentu tak bisa memaksa. Namun kami tegaskan, jika suatu ketika ada kesulitan, jangan segan-segan menceritakan kepada kami. Dan mereka membuktikan bahwa mereka memang sanggup. Tabungan hariannya termasuk rutin sehingga berjumlah cukup besar.

Alif memang pede. Dia sepertinya tak peduli meski kedua orang tuanya tak bisa melihat. Dia tetap bermain bersama teman-temannya, sesekali berkelahi seperti anak-anak lain, dan merobos masuk ke ruang kerjaku hanya untuk menyapaku dan menatap layar monitor yang warna warni.
Aku sering khawatir dengan masa depannya. Jika di sini, di sekolah kami, kami dapat mendidiknya, mengawasinya, melindunginya jika perlu, namun selepas taman kanak-kanak nanti, tangan kami tak lagi mampu menjangkaunya. Tapi tentu ini jenis kekhawatiran yang naif. Allah tentu yang paling berhak dan paling mampu menjaganya. Allah Yang Maha Tahu tentu memiliki maksud tersembunyi dari semua ini. Tak ada karyaNya yang sia-sia, demikian Dia berfirman dalam kita suciNya.

Lagi pula, dengan segala kekurangan dan keterbatasan fisik mereka, apa pula hakku untuk merasa lebih baik dibanding mereka. Boleh jadi di mata Allah, mereka adalah makhluk-makhluk yang lebih mulia, mutiara-mutiara kehidupan yang mengajarkan ketabahan dan ke-qonaah-an.

Mereka mungkin lebih cemerlang di mata Allah, dibandingkan bapak-bapak terhormat para pejabat, yang ke mana-mana berseliweran dengan mobil mewah. Yang tetap nyaman berbelanja di super mall, sementara rakyat yang memilih mereka digusur di mana-mana.

Di sini, saat ini, saat menulis cerita ini, aku harus belajar merundukkan hati, menepis kesombongan diri.

sabruljamil.multiply.com

sumber : diambil dari web eramuslim.com

Minggu, 10 Februari 2008

AIRMATA RASULULLAH SAW...

sepertinya nggak akan pernah bosan-
bosan
kalau
membaca yg satu ini...
untuk mengingatkan kita...

Tiba-tiba dari luar pintu terdengar
seorang yang
berseru mengucapkan
salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya.
Tapi Fatimah
tidak mengizinkannya
masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang
demam," kata
Fatimah yang membalikkan
badan dan menutup pintu.

Kemudian ia kembali menemani ayahnya
yang ternyata
sudah membuka mata dan
bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu
wahai anakku?"
"Tak tahulah ayahku,
orang sepertinya baru sekali ini aku
melihatnya,"
tutur Fatimah lembut.

Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu
dengan
pandangan yang menggetarkan.
Seolah-olah bahagian demi bahagian
wajah
anaknya itu
hendak dikenang.
"Ketahuilah, dialah yang menghapuskan
kenikmatan
sementara, dialah yang
memisahkan pertemuan di dunia. Dialah
malaikatul
maut," kata Rasulullah,
Fatimah pun menahan ledakan tangisnya.
Malaikat maut
datang menghampiri,
tapi Rasulullah menanyakan kenapa
Jibril
tidak ikut
bersama menyertainya.

Kemudian dipanggillah Jibril yang
sebelumnya sudah
bersiap di atas langit
dunia menyambut ruh kekasih Allah dan
penghulu dunia
ini. "Jibril,
jelaskan apa hakku nanti di hadapan
Allah?" Tanya
Rasululllah dengan suara
yang amat lemah. "Pintu-pintu langit
telah terbuka,
para malaikat telah
menanti ruhmu. Semua surga terbuka
lebar
menanti kedatanganmu," kata
Jibril. Tapi itu ternyata tidak
membuatkan
Rasulullah lega, matanya masih
penuh kecemasan.

"Engkau tidak senang mendengar khabar
ini?" Tanya
Jibril lagi. "Khabarkan
kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?"
"Jangan
khawatir, wahai Rasul
Allah, aku pernah mendengar Allah
berfirman
kepadaku: 'Kuharamkan surga
bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad
telah berada
di dalamnya," kata
Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya
Izrail melakukan
tugas. Perlahan ruh
Rasulullah ditarik. Nampak seluruh
tubuh
Rasulullah
bersimbah peluh,
urat-urat lehernya menegang. "Jibril,
betapa sakit
sakaratul maut ini."

Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah
terpejam, Ali
yang di sampingnya
menunduk semakin dalam dan Jibril
memalingkan muka.
"Jijikkah kau
melihatku, hingga kau palingkan wajahmu
Jibril?"
Tanya Rasulullah pada
Malaikat pengantar wahyu
itu. "Siapakah yang
sanggup, melihat kekasih
Allah direnggut ajal," kata Jibril.
Sebentar
kemudian terdengar Rasulullah
mengaduh, karena sakit yang tidak
tertahankan lagi.
"Ya Allah, dahsyat
nian maut ini, timpakan saja semua
siksa
maut ini
kepadaku, jangan pada
umatku. "Badan Rasulullah mulai dingin,
kaki dan
dadanya sudah tidak
bergerak lagi.

Bibirnya bergetar seakan hendak
membisikkan sesuatu,
Ali segera
mendekatkan telinganya. "Uushiikum
bis-shalaati, wa
maa malakat aimaanukum
- peliharalah shalat dan peliharalah
orang-orang
lemah di antaramu." Di
luar, pintu tangis mulai terdengar
bersahutan,
sahabat saling berpelukan.
Fatimah menutupkan tangan di wajahnya,
dan Ali
kembali mendekatkan
telinganya ke bibir Rasulullah yang
mulai kebiruan.
"Ummatii, ummatii,
ummatiii!" - "Umatku, umatku, umatku"

Dan, berakhirlah hidup manusia mulia
yang memberi
sinaran itu. Kini,
mampukah kita mencintai sepertinya?
Allaahumma
sholli 'alaa Muhammad wa
baarik wa sallim 'alaihi. Betapa
cintanya Rasulullah
kepada kita.


--------------------*******------------
----------
NB:
Kirimkan kepada sahabat-sahabat muslim
lainnya agar
timbul kesadaran untuk
mencintai Allah dan RasulNya, seperti
Allah dan
RasulNya mencintai kita.
Karena sesungguhnya selain daripada itu
hanyalah
fana belaka. Amin...

Usah gelisah apabila dibenci
manusia,karena masih banyak yang
menyayangimu di dunia,

tapi gelisahlah apabila dibenci Allah

karena tiada lagi yang mengasihmu di
akhirat.

Sumber : Tulisan ini dikirim oleh teman saya melalui e-mail saya

Jumat, 08 Februari 2008

Mengganti Background Friendster

Edit Profile anda melalui costumize profile
lalu ubah kode yang di beri tanda merah sesuai dengan kode foto yang terdapat di album foto friendster anda.

Body

background-image:url(http://photos-783.friendster.com/e1/photos/38/79/48909783/1_968524414m.jpg);

background-position:Bottom Right;
background-attachment:fixed;
background-repeat:no-repeat;
border-color:000000;
border-width:2px;
border-style:Dashed;
}

Selamat Mencoba

Kamis, 17 Januari 2008

10 Kriteria Aliran Sesat MUI dan Ahmadiyah Lahore

Ditulis pada Sabtu, 10 Nopember 2007
oleh erwan


Kriteria sesat telah dibuat oleh MUI
antara lain:

1. Mengingkari salah satu rukun iman
dan rukun Islam

2. Meyakini atau mengikuti akidah yang
tidak sesuai dengan dalil syar’i
(Alquran dan Assunah)

3. Meyakini turunnya wahyu sesudah
Alquran

4. Mengingkari autentisitas dan
kebenaran Alquran

5. Menafsirkan Alquran yang tidak
berdasar kaidah-kaidah tafsir

6. Mengingkari kedudukan hadits nabi
sebagai sumber ajaran Islam

7. Menghina, melecehkan, dan/atau
merendahkan nabi dan rasul

8. Mengingkari Nabi Muhammad SAW
sebagai nabi dan rasul terakhir

9. Mengubah, menambah, dan mengurangi
pokok-pokok ibadah yang telah
ditetapkan syariat.

10. Mengafirkan sesama muslim tanpa
dalil syar’i.

Tiga Wasiat Bakr bin Abdullah

"Jika engkau melihat orang lain, aku wasiatkan kepadamu untuk mengatakan tiga hal.
Pertama, jika engkau melihat orang yang lebih tua usianya darimu, katakanlah, "Orang ini sudah mendahuluiku dalam beriman dan beramal shalih, ia tentu lebih baik dariku.
Kedua, jika engkau melihat orang yang lebih muda usianya darimu, katakanlah, "Aku telah mendahuluinya berbuat dosa dan kemaksiatan, tentu ia lebih baik dariku.
Dan ketiga, jika engkau melihat sahabat-sahabatmu menghormatimu dan memulikanmu, katakanlah, "Ini adalah keutamaan yang akan diperhitungkan nanti." Dan kalau melihat mereka yang kurang menghormatimu, katakanlah, "Ini adalah akibat dosa yang aku perbuat."
(Bakr bin Abdullah rahimallah)